Sunday, 19 May 2024

Terima PENA dari Kemensos, KPM PKH di Malang Kembangkan Usaha Kafe dan Barber Shop

 


Keluarga kecil Aminingsih menerima Program Keluarga Harapan (PKH) mulai tahun 2018. Wanita paruh baya ini mengaku PKH sangat membantu menopang perekonomian keluarganya, terutama dalam hal pendidikan.

 

“Alhamdulillah cukup membantu. Kalau bantuan untuk anaknya saya peruntukkan untuk bayar SPP dan membeli sepatu, tas, buku, seragam sekolah. Disesuaikan dengan kebutuhan anak saya saja,” katanya saat ditemui di kediamannya di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, belum lama ini.

 

Aminingsih memiliki tiga orang anak, dua di antaranya masih duduk di bangku sekolah. Anak keduanya adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sedangkan anak bungsunya baru saja masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan aturan, keluarga Aminingsih berhak menerima dua komponen bantuan yaitu Rp375 ribu untuk kategori anak SMP dan Rp500 ribu untuk kategori SMA/Sederajat, sehingga total bantuan yang diterima adalah Rp875 ribu per sekali pencairan.

 

Sehari-hari, Aminingsih berjualan di kafe kecil-kecilan di depan rumahnya. Kafe mulai buka pukul 16.00 WIB. Warga desa yang kebanyakan petani, baru pulang dari sawah pada jam tersebut. Singgah di kafe menjadi momen untuk rehat setelah seharian bekerja.

 

Usahanya baru berjalan tiga tahun. Sebelumnya ia mengais rejeki dengan bekerja serabutan seperti membantu membuang kulit apel di lahan pertanian milik orang lain. Ia terpaksa berhenti karena masalah kesehatan.

 

“Dulu saya kerja serabutan. Kalau kafe ini terbentuk gara-gara saya punya asma dan dibukakan usaha kafe ini oleh suami agar tidak kecapean dan tidak kambuh lagi asmanya,” ujar wanita 41 tahun ini.

 

Pelanggan kafe potensial adalah para pria dan koleganya yang pangkas rambut di barber shop yang dikelola suami. Usaha kafe didirikan juga tidak lepas dari melihat peluang. Sebelumnya, suami Aminingsih melihat banyak pelanggan barber shop antri menunggu giliran.

 

Nah, sambil menunggu, mereka bisa menyeruput kopi dan suguhan lain di kafe Aminingsih. Sengaja lokasi kafe dan barber shop menyatu dengan tempat tinggal Aminingsih. Rumah tersebut adalah warisan dari orangtuanya.

 

"Jadi rumah ini semuanya bukan milik saya. Ini adalah warisan orangtua, sudah dibagi-bagi sama saudara. Saya dapat kira-kira 4 x 10 meter. Dari barber sampai belakang. Kalau yang dipakai untuk kafe itu punya (bagian rumah) kakak saya,” jelasnya.

 

Sementara itu, Kafe milik Aminingsih menjual berbagai jenis minuman sachet kekinian, mie instan, dan tempura. Meskipun bisa menghasilkan keuntungan, namun omzetnya kecil. Aminingsih tidak bisa menaikkan harga lantaran harus menyesuaikan dengan daya beli pelanggan.

 

Misalnya, satu mangkok mie instan rebus dengan modal Rp3.100 dijual dengan harga Rp5.000. Amingsih juga menjual kopi eceran dengan keuntungan Rp1.000 per renceng.

 

Untuk menaikkan omzet, tentu dibutuhkan modal usaha yang lebih besar agar lebih banyak yang bisa dijual. Beruntung, Aminingsih bersama suaminya Darmaji (43) menerima bantuan pengembangan usaha dari Program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA). 

 

Kafe Aminingsih mendapatkan dua set meja dan kursi dimana satu meja dilengkapi dengan empat kursi, barang berupa mangkok sebanyak 2 lusin dan gelas 4 lusin, serta tentunya bahan minuman sachet dan mie instan. Diterima pada Januari 2023, penambahan modal ini mampu menggerek penghasihan dari kafe hingga dua kali lipat.

 

“Biasanya terima kira-kira Rp50 ribu – Rp70 ribu, sekarang bisa Rp80 ribu – Rp150 ribu,” katanya.

 

Melalui PENA, barber shop pun mendapatkan peralatan baru seperti kursi potong hidrolik yang mampu menambah kenyamanan pelanggan, clipper dan trymer potong, 2 set gunting rambut dan sisir, kain cape, server rambut, serta dua unit cermin. Saat ini, penghasilan dari barbershop dapat menyentung angka Rp300 ribu per hari saat musim ramai.

 

Aminingsih bersyukur dapat menjadi salah satu KPM yang menerima bantuan PENA. Ia berharap usahanya bisa semakin berkembang. “Harapan saya untuk ke depannya, usaha lebih maju dan bisa mendapatkan tempat yang lebih layak,” katanya.

 

Kini, Aminingsih sudah tidak khawatir jika nantinya tidak menerima bantuan sosial lagi. Sebab, uang sejumlah Rp875 ribu pengganti bansos bisa ia kumpulkan dari usahanya saat ini. “Insya Allah nanti cukup dari hasil usaha,” katanya saat ditanya apakah hasil usaha cukup untuk menutupi biaya sekolah yang didapatkan dari PKH.

Previous Post
Next Post

0 komentar: