Keluarga kecil Aminingsih menerima Program Keluarga Harapan
(PKH) mulai tahun 2018. Wanita paruh baya ini mengaku PKH sangat membantu
menopang perekonomian keluarganya, terutama dalam hal pendidikan.
“Alhamdulillah cukup membantu. Kalau bantuan untuk anaknya
saya peruntukkan untuk bayar SPP dan membeli sepatu, tas, buku, seragam
sekolah. Disesuaikan dengan kebutuhan anak saya saja,” katanya saat ditemui di
kediamannya di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, belum lama ini.
Aminingsih memiliki tiga orang anak, dua di antaranya masih
duduk di bangku sekolah. Anak keduanya adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), sedangkan anak bungsunya baru saja masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Berdasarkan aturan, keluarga Aminingsih berhak menerima dua komponen bantuan
yaitu Rp375 ribu untuk kategori anak SMP dan Rp500 ribu untuk kategori
SMA/Sederajat, sehingga total bantuan yang diterima adalah Rp875 ribu per
sekali pencairan.
Sehari-hari, Aminingsih berjualan di kafe kecil-kecilan di
depan rumahnya. Kafe mulai buka pukul 16.00 WIB. Warga desa yang kebanyakan
petani, baru pulang dari sawah pada jam tersebut. Singgah di kafe menjadi momen
untuk rehat setelah seharian bekerja.
Usahanya baru berjalan tiga tahun. Sebelumnya ia mengais
rejeki dengan bekerja serabutan seperti membantu membuang kulit apel di lahan
pertanian milik orang lain. Ia terpaksa berhenti karena masalah kesehatan.
“Dulu saya kerja serabutan. Kalau kafe ini terbentuk
gara-gara saya punya asma dan dibukakan usaha kafe ini oleh suami agar tidak
kecapean dan tidak kambuh lagi asmanya,” ujar wanita 41 tahun ini.
Pelanggan kafe potensial adalah para pria dan koleganya
yang pangkas rambut di barber shop yang dikelola suami. Usaha kafe didirikan
juga tidak lepas dari melihat peluang. Sebelumnya, suami Aminingsih melihat
banyak pelanggan barber shop antri menunggu giliran.
Nah, sambil menunggu, mereka bisa menyeruput kopi dan
suguhan lain di kafe Aminingsih. Sengaja lokasi kafe dan barber shop menyatu
dengan tempat tinggal Aminingsih. Rumah tersebut adalah warisan dari
orangtuanya.
"Jadi rumah ini semuanya bukan milik saya. Ini adalah
warisan orangtua, sudah dibagi-bagi sama saudara. Saya dapat kira-kira 4 x 10
meter. Dari barber sampai belakang. Kalau yang dipakai untuk kafe itu punya
(bagian rumah) kakak saya,” jelasnya.
Sementara itu, Kafe milik Aminingsih menjual berbagai jenis
minuman sachet kekinian, mie instan, dan tempura. Meskipun bisa menghasilkan
keuntungan, namun omzetnya kecil. Aminingsih tidak bisa menaikkan harga
lantaran harus menyesuaikan dengan daya beli pelanggan.
Misalnya, satu mangkok mie instan rebus dengan modal
Rp3.100 dijual dengan harga Rp5.000. Amingsih juga menjual kopi eceran dengan
keuntungan Rp1.000 per renceng.
Untuk menaikkan omzet, tentu dibutuhkan modal usaha yang
lebih besar agar lebih banyak yang bisa dijual. Beruntung, Aminingsih bersama
suaminya Darmaji (43) menerima bantuan pengembangan usaha dari Program Pahlawan
Ekonomi Nusantara (PENA).
Kafe Aminingsih mendapatkan dua set meja dan kursi dimana
satu meja dilengkapi dengan empat kursi, barang berupa mangkok sebanyak 2 lusin
dan gelas 4 lusin, serta tentunya bahan minuman sachet dan mie instan. Diterima
pada Januari 2023, penambahan modal ini mampu menggerek penghasihan dari kafe
hingga dua kali lipat.
“Biasanya terima kira-kira Rp50 ribu – Rp70 ribu, sekarang
bisa Rp80 ribu – Rp150 ribu,” katanya.
Melalui PENA, barber shop pun mendapatkan peralatan baru
seperti kursi potong hidrolik yang mampu menambah kenyamanan pelanggan, clipper
dan trymer potong, 2 set gunting rambut dan sisir, kain cape, server rambut,
serta dua unit cermin. Saat ini, penghasilan dari barbershop dapat menyentung
angka Rp300 ribu per hari saat musim ramai.
Aminingsih bersyukur dapat menjadi salah satu KPM yang
menerima bantuan PENA. Ia berharap usahanya bisa semakin berkembang. “Harapan
saya untuk ke depannya, usaha lebih maju dan bisa mendapatkan tempat yang lebih
layak,” katanya.
Kini, Aminingsih sudah tidak khawatir jika nantinya tidak
menerima bantuan sosial lagi. Sebab, uang sejumlah Rp875 ribu pengganti bansos
bisa ia kumpulkan dari usahanya saat ini. “Insya Allah nanti cukup dari hasil
usaha,” katanya saat ditanya apakah hasil usaha cukup untuk menutupi biaya
sekolah yang didapatkan dari PKH.